baingnya template blogger >>>template blogger
do'a - wirid - dzikir , ba'da sholat
sebagai seorang muslim hendaknya kita selalu melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNy, contohnya melaksanakan sholat lima waktu. dan yang namanya sholat pasti ada do'a, mau tau tata cara do'a/wirid ba'da sholat ? lihat link ini >>> wirid dan dzikir ba'da sholat
kumpulan do'a
macam - macam do'a
diantaranya: kumpulan doa dan dzikir bagi umat beragama Islam untuk berbagai keperluan, termasuk juga doa untuk shalat dan doa sehari-hari. lengkapnya disini>>>> kumpulan do'a
diantaranya: kumpulan doa dan dzikir bagi umat beragama Islam untuk berbagai keperluan, termasuk juga doa untuk shalat dan doa sehari-hari. lengkapnya disini>>>> kumpulan do'a
Panduan membuat blog
Artikel kita mau dibaca oleh banyak orang, maka solusinya adalah membuat blog dulu. bagaimana caranya? lihat disini>>> panduan blog
“Moksanya Prabu Siliwangi”
“Moksanya Prabu Siliwangi”
PENDAHULUAN
a)Pengertian
Mitos
Mitos atau mite (myth) adalah cerita
prosa rakyat yang ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang
terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar
terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos juga disebut Mitologi,
yang kadang diartikan Mitologi adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar
terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat
istiadat, dan konsep dongeng suci. Jadi, mitos adalah cerita tentang asal-usul
alam semesta, manusia, atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan
mengandung arti yang dalam. Mitos juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah
percintaan mereka, kisah perang mereka dan sebagainya.
b)Pengertian
Siluman
Siluman dalam berbagai cerita rakyat
adalah makhluk halus yang tinggal dalam komunitas dan menempati suatu tempat.
Mereka melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari layaknya manusia biasa. Mereka
juga mengenal peradaban. Siluman dapat berasal dari manusia biasa yang kemudian
meninggalkan alam kasar atau setelah orang meninggal ruhnya masuk dalam masyarakat
itu, atau memang sudah merupakan makhluk halus sejak awalnya. Pertemuan antara
manusia dengan siluman seringkali menjadi bagian dari cerita-cerita misteri
yang digemari.
Siluman dikenal pula sebagai orang
bunian dalam tradisi masyarakat Sumatera. Mitos tentang Kanjeng Ratu Kidul
merupakan satu mitos tentang masyarakat siluman yang sangat dikenal suku-suku
di Jawa, bahkan digunakan sebagai legitimasi kekuasaan raja-raja pewaris
Mataram.
Beberapa mitos tentang siluman lain:
- Siluman Rawa Lakbok
- Nyai Blorong atau Nyai Roro Kidul
- Moksanya Prabu Siliwangi dan pengikut-pengikutnya di Gunung Gede
- Masyarakat penghuni Gunung Merapi (konon dipimpin oleh Sunan Merapi) dan Gunung Lawu (konon dipimpin oleh Sunan Lawu)
- Dll.
Para peneliti mitos Moksanya Prabu Siliwangi
pada umumnya masih selalu berkutat pada perbandingan antarversi mitos secara
filologis, yang muaranya untuk mengklaim ini versi asli dan yang lain sebagai
tiruan. Upaya pemahaman mitos secara filologis memang tidak keliru, namun
seringkali mengalami jalan buntu, kalau enggan dikatakan gagal pada sisi-sisi
tertentu. Dalam kaitan ini, pemahaman mitos dari sudut pandang model linguistik
Levi-Strauss atau Analisis Mitos dengan pendekatan Paradigma Struktural
dapat menjadi sebuah alternatif untuk menembus jalan buntu tersebut. Kajian
mitos yang memanfaatkan model linguistic atau Analisis melalui Paradigma
Struktural sulit diragukan lagi, sebab Levi-Strauss banyak bergaul dengan ahli
linguistik yang ikut mempengaruhi logika berpikirnya.
Melalui kaidah linguistik, peneliti
mencoba menemukan ceritheme-ceritheme (istilah entropologi) yang ada
dalam mitos Moksanya Prabu Siliwangi dan selanjutnya menyusun secara
sintagmatis dan paradigmatis (istilah linguistik). Ceritheme ini,
merupakan satuan-satuan (unit-unit) kelinguistikan yang akan menunjukkan pola
tertentu dan makna yang jelas. Melalui perbandingan terhadap ceritheme tersebut,
selanjutnya dibangun suatu model yang dapat digunakan untuk memahami versi
mitos Moksanya Prabu Siliwangi secara komprehensif.
TINJAUAN
PUSTAKA
Menurut Badcock (1975:52-55), mitos memang merupakan “something
with tells a story” . Selanjutnya, ia juga menyatakan bahwa mitos “does
not convey common sence information, it is not for political purpose. It serves
no utilitarian end whatsoever, and conveys no information about the everyday
world. Nor is it necesuriley morally or political pedagogic. Batasan ini
mengarahkan bahwa mitos adalah ceritera yang spesifik, artinya tidak semua
ceritera tentang kekinian dapat disebut mitos. Mitos adalah bagian dari
fenomena budaya yang menarik.
Yang perlu dicamkan, menurut Levi-Strauss (Ember dan
Ember, 1986:48), fenomena sosial budaya merupakan representasi struktur luar
yang mendasarkan diri pada struktur dalam (underlying structure) dan human.
Untuk mencermati makna mitos, Levi-Strauss (Paz, 1995:9) menggariskan bahwa
sistem linguistik terbangun dari relasi antarfonem sehingga membentuk
pertentangan dwitunggal (oposisi biner) yang dapat dijadikan
landasan penafsiran. Dalam kaitan itu, Levi-Strauss (1974:232) menjelaskan
bahwa dalam mitos terdapat hubungan unit-unit (yang merupakan struktur) yang
tidak terisolasi, tetapi merupakan kesatuan relasi hubungan tersebut dapat
dikombinasikan dan digunakan untuk mengungkap makna di balik mitos itu.
Dalam konteks demikian, analisis
mitos seperti halnya mempelajari sinar-sinar terbias ke dalam mitem yang
kemudian dipadukan ke dalam struktur tunggal. Kalau demikian tidak keliru jika
Kerk (1983:42) berpendapat bahwa mitos memang berhubungan dengan masyarakat pendukungnya
dan merupakan satu-kesatuan. Bahkan, Leach (1968:42) juga menegaskan bahwa
mitos dan ritual beresensi sama. Maksudnya, jika keduanya ditinjau sudut
pandang linguistik, terdapat hubungan secara struktural. Hal semacam ini telah
diakui oleh Levi-Strauss (1980:14-15) yang berusaha menganalisis mitos dengan
model linguistic atau Paradigma Struktural Dia berpendapat bahwa semua versi
mitos memang berhubungan dengan budaya pemilik mitos tersebut.
Levi-Strauss (1963:208) menyatakan
bahwa penciptaan mitos memang tidak teratur, sebab si empunya ceritera terbiasa
menceriterakan kembali dengan mitosnya sekehendak hati. Namun, di balik
ketidakteraturan itu sebenarnya ada keruntutan yang tidak disadari oleh
pencipta mitos. Keteraturan dalam mitos itu sering disebut struktur. Oleh
karena itu, dalam menganalisis mitos diupayakan untuk menemukan struktur. Untuk
menemukan struktur mitos, Levi-Strauss (Bertens, 1996:186) menggunakan model
linguistik sebagai pemahaman fenomena sosial budaya.
Asumsi dasarnya adalah bahwa
linguistik dianggap sebagai suatu sistem, terlepas dari evolusi sejarah, dan
dalam sistem itu memuat relasi-relasi yang meyakinkan. Alasan lain yang
mengukuhkan Levi-Strauss (Rossi, 1974:89) menggunakan model linguistik, karena
ia memandang bahwa fenomena sosial budaya sebagai sistem tanda dan simbol yang
dapat ditranformasikan ke dalam linguistik
Bertolak dari sistem linguistik
tersebut, Levi-Strauss (dalam Ahimsa-Putra, 1995:5) menggunakan prinsip
asosiasi ataupun analog bahwa mitos memiliki struktur yang tidak berbeda dengan
linguistik. Jika linguistik digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan, demikian
pula mitos. Dalam mitos terkandung berbagai macam pesan, yang baru dapat
dipahami jika kita telah mengetahui struktur dan makna berbagai elemen yang ada
dalam mitos tersebut.
Dalam model linguistik tampak adanya
sistem “berpasangan” (oposisi) sehingga pada gilirannya melahirkan struktur
“dua”, “tiga”, “empat”, dan seterusnya. Sistem ini dapat diterapkan pada
analisis mitos. Model linguistik yang digunakan Levi-Strauss dalam analisis
struktural mitos, awalnya diadopsi dari teori linguistik struktural Saussure,
Jakobson, dan Troubetzkoy. Model-model yang diadopsi adalah konsep sintagmatig
dan paradigmatik, langue dan parole, sinkronis dan
diakronis (Pettit, 1977:1). Dari model tersebut, Levi-Strauss (Ahimsa-Putra,
1994:45) berasumsi hahwa mitos pada dasarnya juga mirip dengan gejala
linguistik.
Pemakaian model linguistik dalam analisis struktural
Levi-Strauss tersebut, telah diakui Greimas (Wagner, 1987:viii) sebagai pisau
analisis mitos yang relevan. Dalam analisis mitos, Levi-Strauss (Bertens,
1996:20) perlu menunjukkan adanya oposisi-oposisi, sebab mitos merupakan hasil
kreasi jiwa manusia yang sama sekali bebas. Sistem oposisi termaksud menurut
Creimers dan Santo (1997:151) disebut sistem oposisi biner. Sistem ini,
akan mampu mencerminkan struktur neurobiologis kedua belah otak manusia yang
berfungsi secara “digital”. Hal ini berarti bahwa setiap orang dan bangsa
memiliki struktur oposisi biner yang sama dan hanya berbeda
perwujudannya. Melalui sistem linguistik, Levi-Strauss berupaya menggabungkan garis
diagonal itu guna membentuk struktur sintagmatik dan paradigmatik yang dapat
dimanfaatkan untuk mengungkap makna mitos secara komprehensif.
MELILEA PILIHAN TERBAIK UNTUK HIDUP ANDA
Bagi anda yang membutuhkan sehat dan awet muda maka solusinya adalah melilea ,karena melilea bukan saja mencegah penyakit tapi juga menyembuhkan segala penyakait modern ,seperti diabetes, ambeyen, kangker payudara. dll lengkapnya disini >melilea
Game online
game online
Reva Temat (@RevaTemat) menge-tweet pada 11:11 AM on Kam, Apr 18, 2013: Wajib dicobain nih, nambah pendapatan sehari bisa sampe $20 - $50, cuma kerja dpan laptop 10 menit shari => http://t.co/cYwneZTuti (https://twitter.com/RevaTemat/status/324736896901210112) Dapatkan aplikasi resmi Twitter
Reva Temat (@RevaTemat) menge-tweet pada 11:11 AM on Kam, Apr 18, 2013: Wajib dicobain nih, nambah pendapatan sehari bisa sampe $20 - $50, cuma kerja dpan laptop 10 menit shari => http://t.co/cYwneZTuti (https://twitter.com/RevaTemat/status/324736896901210112) Dapatkan aplikasi resmi Twitter
Langganan:
Postingan (Atom)
-
https://tasdikwahyudin.wordpress.com/2021/01/29/khutbah-jumat-12/
-
Acara rutinan Mujahadah Al Asmaul Husna Susunan acara # 1. Pembukaan 2. Pembacaan ayat suci Al Qur'an beserta sholawat ( Mukhlis) 3. S...
-
“Moksanya Prabu Siliwangi” PENDAHULUAN a)Pengertian Mitos Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi oleh pa...