“Moksanya Prabu Siliwangi”


“Moksanya Prabu Siliwangi”
PENDAHULUAN
a)Pengertian Mitos
Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos juga disebut Mitologi, yang kadang diartikan Mitologi adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng suci. Jadi, mitos adalah cerita tentang asal-usul alam semesta, manusia, atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti yang dalam. Mitos juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan mereka, kisah perang mereka dan sebagainya.
b)Pengertian Siluman
Siluman dalam berbagai cerita rakyat adalah makhluk halus yang tinggal dalam komunitas dan menempati suatu tempat. Mereka melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari layaknya manusia biasa. Mereka juga mengenal peradaban. Siluman dapat berasal dari manusia biasa yang kemudian meninggalkan alam kasar atau setelah orang meninggal ruhnya masuk dalam masyarakat itu, atau memang sudah merupakan makhluk halus sejak awalnya. Pertemuan antara manusia dengan siluman seringkali menjadi bagian dari cerita-cerita misteri yang digemari.
Siluman dikenal pula sebagai orang bunian dalam tradisi masyarakat Sumatera. Mitos tentang Kanjeng Ratu Kidul merupakan satu mitos tentang masyarakat siluman yang sangat dikenal suku-suku di Jawa, bahkan digunakan sebagai legitimasi kekuasaan raja-raja pewaris Mataram.
Beberapa mitos tentang siluman lain:
  • Siluman Rawa Lakbok
  • Nyai Blorong atau Nyai Roro Kidul
  • Moksanya Prabu Siliwangi dan pengikut-pengikutnya di Gunung Gede
  • Masyarakat penghuni Gunung Merapi (konon dipimpin oleh Sunan Merapi) dan Gunung Lawu (konon dipimpin oleh Sunan Lawu)
  • Dll.
Para peneliti mitos Moksanya Prabu Siliwangi pada umumnya masih selalu berkutat pada perbandingan antarversi mitos secara filologis, yang muaranya untuk mengklaim ini versi asli dan yang lain sebagai tiruan. Upaya pemahaman mitos secara filologis memang tidak keliru, namun seringkali mengalami jalan buntu, kalau enggan dikatakan gagal pada sisi-sisi tertentu. Dalam kaitan ini, pemahaman mitos dari sudut pandang model linguistik Levi-Strauss atau Analisis Mitos dengan pendekatan Paradigma Struktural dapat menjadi sebuah alternatif untuk menembus jalan buntu tersebut. Kajian mitos yang memanfaatkan model linguistic atau Analisis melalui Paradigma Struktural sulit diragukan lagi, sebab Levi-Strauss banyak bergaul dengan ahli linguistik yang ikut mempengaruhi logika berpikirnya.
Melalui kaidah linguistik, peneliti mencoba menemukan ceritheme-ceritheme (istilah entropologi) yang ada dalam mitos Moksanya Prabu Siliwangi dan selanjutnya menyusun secara sintagmatis dan paradigmatis (istilah linguistik). Ceritheme ini, merupakan satuan-satuan (unit-unit) kelinguistikan yang akan menunjukkan pola tertentu dan makna yang jelas. Melalui perbandingan terhadap ceritheme tersebut, selanjutnya dibangun suatu model yang dapat digunakan untuk memahami versi mitos Moksanya Prabu Siliwangi secara komprehensif.



TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Badcock (1975:52-55), mitos memang merupakan “something with tells a story” . Selanjutnya, ia juga menyatakan bahwa mitos “does not convey common sence information, it is not for political purpose. It serves no utilitarian end whatsoever, and conveys no information about the everyday world. Nor is it necesuriley morally or political pedagogic. Batasan ini mengarahkan bahwa mitos adalah ceritera yang spesifik, artinya tidak semua ceritera tentang kekinian dapat disebut mitos. Mitos adalah bagian dari fenomena budaya yang menarik.
Yang perlu dicamkan, menurut Levi-Strauss (Ember dan Ember, 1986:48), fenomena sosial budaya merupakan representasi struktur luar yang mendasarkan diri pada struktur dalam (underlying structure) dan human. Untuk mencermati makna mitos, Levi-Strauss (Paz, 1995:9) menggariskan bahwa sistem linguistik terbangun dari relasi antarfonem sehingga membentuk pertentangan dwitunggal (oposisi biner) yang dapat dijadikan landasan penafsiran. Dalam kaitan itu, Levi-Strauss (1974:232) menjelaskan bahwa dalam mitos terdapat hubungan unit-unit (yang merupakan struktur) yang tidak terisolasi, tetapi merupakan kesatuan relasi hubungan tersebut dapat dikombinasikan dan digunakan untuk mengungkap makna di balik mitos itu.
Dalam konteks demikian, analisis mitos seperti halnya mempelajari sinar-sinar terbias ke dalam mitem yang kemudian dipadukan ke dalam struktur tunggal. Kalau demikian tidak keliru jika Kerk (1983:42) berpendapat bahwa mitos memang berhubungan dengan masyarakat pendukungnya dan merupakan satu-kesatuan. Bahkan, Leach (1968:42) juga menegaskan bahwa mitos dan ritual beresensi sama. Maksudnya, jika keduanya ditinjau sudut pandang linguistik, terdapat hubungan secara struktural. Hal semacam ini telah diakui oleh Levi-Strauss (1980:14-15) yang berusaha menganalisis mitos dengan model linguistic atau Paradigma Struktural Dia berpendapat bahwa semua versi mitos memang berhubungan dengan budaya pemilik mitos tersebut.
Levi-Strauss (1963:208) menyatakan bahwa penciptaan mitos memang tidak teratur, sebab si empunya ceritera terbiasa menceriterakan kembali dengan mitosnya sekehendak hati. Namun, di balik ketidakteraturan itu sebenarnya ada keruntutan yang tidak disadari oleh pencipta mitos. Keteraturan dalam mitos itu sering disebut struktur. Oleh karena itu, dalam menganalisis mitos diupayakan untuk menemukan struktur. Untuk menemukan struktur mitos, Levi-Strauss (Bertens, 1996:186) menggunakan model linguistik sebagai pemahaman fenomena sosial budaya.
Asumsi dasarnya adalah bahwa linguistik dianggap sebagai suatu sistem, terlepas dari evolusi sejarah, dan dalam sistem itu memuat relasi-relasi yang meyakinkan. Alasan lain yang mengukuhkan Levi-Strauss (Rossi, 1974:89) menggunakan model linguistik, karena ia memandang bahwa fenomena sosial budaya sebagai sistem tanda dan simbol yang dapat ditranformasikan ke dalam linguistik
Bertolak dari sistem linguistik tersebut, Levi-Strauss (dalam Ahimsa-Putra, 1995:5) menggunakan prinsip asosiasi ataupun analog bahwa mitos memiliki struktur yang tidak berbeda dengan linguistik. Jika linguistik digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan, demikian pula mitos. Dalam mitos terkandung berbagai macam pesan, yang baru dapat dipahami jika kita telah mengetahui struktur dan makna berbagai elemen yang ada dalam mitos tersebut.
Dalam model linguistik tampak adanya sistem “berpasangan” (oposisi) sehingga pada gilirannya melahirkan struktur “dua”, “tiga”, “empat”, dan seterusnya. Sistem ini dapat diterapkan pada analisis mitos. Model linguistik yang digunakan Levi-Strauss dalam analisis struktural mitos, awalnya diadopsi dari teori linguistik struktural Saussure, Jakobson, dan Troubetzkoy. Model-model yang diadopsi adalah konsep sintagmatig dan paradigmatik, langue dan parole, sinkronis dan diakronis (Pettit, 1977:1). Dari model tersebut, Levi-Strauss (Ahimsa-Putra, 1994:45) berasumsi hahwa mitos pada dasarnya juga mirip dengan gejala linguistik.
Pemakaian model linguistik dalam analisis struktural Levi-Strauss tersebut, telah diakui Greimas (Wagner, 1987:viii) sebagai pisau analisis mitos yang relevan. Dalam analisis mitos, Levi-Strauss (Bertens, 1996:20) perlu menunjukkan adanya oposisi-oposisi, sebab mitos merupakan hasil kreasi jiwa manusia yang sama sekali bebas. Sistem oposisi termaksud menurut Creimers dan Santo (1997:151) disebut sistem oposisi biner. Sistem ini, akan mampu mencerminkan struktur neurobiologis kedua belah otak manusia yang berfungsi secara “digital”. Hal ini berarti bahwa setiap orang dan bangsa memiliki struktur oposisi biner yang sama dan hanya berbeda perwujudannya. Melalui sistem linguistik, Levi-Strauss berupaya menggabungkan garis diagonal itu guna membentuk struktur sintagmatik dan paradigmatik yang dapat dimanfaatkan untuk mengungkap makna mitos secara komprehensif.



MELILEA PILIHAN TERBAIK UNTUK HIDUP ANDA


Bagi anda yang membutuhkan sehat dan awet muda maka solusinya adalah melilea ,karena melilea bukan saja mencegah penyakit tapi juga menyembuhkan segala penyakait modern ,seperti diabetes, ambeyen, kangker payudara. dll lengkapnya disini >melilea


Game online

 game online
Reva Temat (@RevaTemat) menge-tweet pada 11:11 AM on Kam, Apr 18, 2013: Wajib dicobain nih, nambah pendapatan sehari bisa sampe $20 - $50, cuma kerja dpan laptop 10 menit shari => http://t.co/cYwneZTuti (https://twitter.com/RevaTemat/status/324736896901210112) Dapatkan aplikasi resmi Twitter